Sunday 6 November 2016

Makalah Taksonomi Tujuan Pendidikan

Taksonomi Tujuan Pendidikan

Taksonomi Bloom Merujuk pada Taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (rana, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.

Tujuan Pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
  1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, serperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
  2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
  3. Psychomotor Domain (Rana Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

Kawasan kognitif terdiri atas enam macam kemampuan, yang secara hirarki dari yang paling sederhana sampai kepada yang paling kompleks adalah sebagai berikut:
  1. Pengetahuan, yaitu berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yang berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk, dan sebagainya.
  2. Pemahaman, yaitu kemampuan menangkap makna atau arti sesuatu hal. Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan dan peraturan. Sebagai contoh, orang dilevel ini bisa memahami apa yang diuraikan dalam diagram.
  3. Penerapan/aplikasi, yaitu kemampuan mempergunakan hal-hal yang telah dipelajari untuk menghadapi situasi-situasi baru dan nyata. Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumusan, teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yang berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk diagram.
  4. Analisis, yaitu kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian-bagian sehingga struktur organisasinya dapa dipahami. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi kedalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milih penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yang ditimbulkan.
  5. sintesis, yaitu kemampuan memadukan bagian-bagian menjadi suatu keseluruhan yang berarti. Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Sebagai contoh, ditingkat ini seorang manager kualitas berkualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.
  6. Penilaian, yaitu kemampuan memberikan harga sesuatu hal berdasarkan kriteria intern atau kelompok atau kriteria ekstern atau yang ditetapkan terlebih dahulu. Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dan sebagainya dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, ditingkat ini seorang manager berkualitas harus mampu menilai alternatif solusi yang sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat dan nilai ekonomis.
Baca Juga:




Kawasan afektif mencakup lima macam kemampuan emosional yang disusun secara hirarki dari yang paling tidak mengikat diri pribadinya sampai kepada yang sangat mengikat diri pribadinya, sebagai berikut:
  • Kesadaran, yaitu kemampuan untuk ingin memperlihatkan sesuatu hal.
  • partisipasi, yaitu kemampuan untuk turut serta terlibat dalam sesuatu hal.
  • penghayatan nilai, yaitu kemampuan untuk menerima nilai dan terikat kepadanya. Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkahlaku
  • Pengorganisasian nilai, yaitu kemampuan untuk memiliki sistem nilai dalam dirinya. memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik diantaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
  • Karakteristik diri, yaitu kemampuan untuk memiliki pola hidup dimana sistem nilai yang terbentuk dalam dirinya mampu mengawasi tingkahlakunya.


Kawasan psikomotorik belum sempat dikembangkan oleh B. Bloom dkk, dan baru dikembangkan oleh Kibler, Baher, dan Mills (1972), dan simmon (1972). Berikut adalah kawasan psikomotor yang dikembangkan oleh Harraw:

  • Gerakan refleks, yaitu kemampuan tindakan-tindakan yang tak sengaja dalam merespon sesuatu perangsang.
  • Gerakan dasar yaitu kemampuan melakukan pola-pola gerakan yang bersifat pembawaan dan terbentuk dari kombinasi gerakan-gerakan refleks.
  • Kemampuan perseptual, yaitu kemampuan menterjemahkan perangsang yang diterima melalui alat indra menjadi gerakan-gerakan yang tepat.
  • Kemampuan jasmani, yaitu kemampuan dan gerakan-gerakan dasar yang merupakan inti untuk memperkembangkan gerakan-gerakan yang terlatih.
  • Gerakan-gerakan terlatih, yaitu gerakan-gerakan yang canggih dengan tingkat efisiensi tertentu.
  • Komunikasi nondiskursif, yaitu kemampuan melakukan komunikasi dengan melalui isyarat gerakan badan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa hasil pendidikan adalah orang yang telah mengalami peningkatan kualitas kemampuan kognitif, afektif dan psikomotornya (Redja Mudyahardjo, 1991).

Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.

Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.

0 komentar:

Post a Comment