Sunday 5 June 2016

Nasihat Rasulullah Kepada Sahabatnya

Kultum - Assalamualaikum Sahabat WarPen (Waroeng Pendidik), sungguh suatu kenikmatan bagi kita masih bisa bernafas lega di dunia ini. Udara sejuk pagi hari seakan-akan menjadi keberkahan yang tiada duanya. Apa jadinya apabila ketika pagi hari kita bangun ternyata kita berada di zaman semasa hidup Rasullullah?? Alangkah bahagianya hati ini berkata, selain bisa melihat beliau secara jelas, kita pun senantiasa dapat berdiskusi menanyakan hal yang tabu atau belum jelas keterangannya. Suatu kenikmatan tiada terkira, kita akan sering mengadukan segala sesuatu, bertanya, meminta solusi permasalahan hidup kepada rasulullah. Akan tetepi kenyataanya, kita hidup di masa sepeninggalan Rasulullah. Bukan suatu penyesalan yang harus kita utarakan, tetepi menurut salah satu keterangan, bahwa Rasulullah lebih menyayangi umatnya yang berada di masa sepeninggalannya, karena mereka meyakini, melaksanakan, mengamalkan ajaran agama islam tanpa adanya rasulullah yang tentunya sebagai center dari segala pertanyaan kita. 



Seperti yang tadi saya katakan, alangkah bahagianya apabila kita hidup di masa kehidupan Rasulullah di dunia, tentu kita akan banyak belajar dari beliau, dikala kita salah pasti kita akan mendapat nasihat langsung dari Rasulullah. Nasihat Rasulullah tentunya bukan sekedar kata-kata belaka, tetapi tentunya ada campur tangan sang pencipta Allah azawajala yang menuntunnya. Ada 3 nasihat Rasulullah yang begitu penting bagi kita. Sebagaimana Hadis Riwayat Tirmidzi: Rasulullah SAW pernah memberikan tiga buah nasehat kepada kedua sehabatnya yaitu, Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman bin Jabal:
"Bertakwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada, dan ikutilah kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskannya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji." HR. Tirmidzi

Apabila kita perhatikan, Nasihat Rasulullah pada Hadis tersebut sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari kita. Mari kita rinci pesan beliau yang di ungkap dalam hadis di atas.

1. Bertaqwa dimana saja
Apabila didefinisikan ejaan Taqwa ini dapat dilihat dari percakapan Sahabat Umar dan Ubay bin ka'ab ra. Suatu ketika sahabat Umar ra bertanya kepada Ubay bin Ka'ab apakah taqwa itu? Dia menjawab; "pernahkah kamu melalui jalan berduru?" Umar pun menjawab; "Pernah!" Ubay menyambung, "Lalu apa yang kamu lakukan?" Umar menjawab; "Aku berhati-hati, waspada dan penuh keseriusan." Maka Ubay berkata; "Maka demikian Pulalah taqwa!"

Itulah makna dari Bertakwa dimana saja. Apapun, kapanpun, dimanapun kita harus senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi Larangannya dengan penuh kehati-hatian dan keseriusan dalam mengerjakannya semata-mata untuk mendapat ridha Allah SWT.


2. Kebaikan Yang Menghapuskan Kesalahan
Kesalahan kerap menyelimuti setiap umat manusia. Siapa pun dia, dimana pun dia, kapan pun dia, pasti ada kesalahan yang dibuat baik sengaja mau pun tidak disengaja. Maka dari pada itu, Islam mengajarkan kepada umatnya, apabila berbuat kesalahan segeralah meminta maaf apabila kita memang jelas dan merasa bersalah. Tapi untuk kesalahan yang tidak dirasa, kita disarankan untuk senantiasa berbuat kebaikan. Kebaikan tersebut dapat menghapuskan kesalahan yang telah dilakukan. 
Untuk dosa yang membuat rugi diri sendiri, cara menghapuskannya yaitu dengan melakukan sedekah. Rasulullah SAW bersabda "sedekah itu menghapus kesalahan sebagaimana air memadamkan api". Dalam kehidupan sehari-hari, adakalanya orang yang ketika dia sakit maka dia akan memberikan sedekah agar penyakitnya segera sembuh. Hal ini bukanlah sesuatu yang tidak masuk akal, karena segala penyakit yang kita miliki itu adalah karena kesalahan yang pernah kita lakukan. Sedangkan untuk dosa yang dilakukan terhadap orang lain maka yang perlu kita lakukan yaitu meminta dan memohon maaf langsung. Hal ini biasanya begitu sulit bagi beberapa orang, karena keegoisan dan sifat gengsi yang ada dalam dirinya. Mereka tidak tahu, bahwa dengan meminta maaf langsung maka akan mendatangkan berkah dari Allah SWT.

3. Akhlaq Yang Terpuji
Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah/fitri (bersih). Bagaikan selembar kertas yang belum ada sedikitpun goresan tinta, selain itu pada dasarnya manusia lahir dengan membawa akhlaq terpuji dalam dirinya. Namun apabila melihat kenyataan banyak juga orang-orang yang tidak mempraktekkan makna akhlaq terpuji. Padahal Akhlaq terpuji merupakan keharusan dari setiap muslim. Apabila tidak memiliki akhlaq tersebut, maka dapat mendekatkan individu tersebut pada siksaan api neraka. Dari beberapa akhlaq terpuji kita kepada orang lain, Rasulullah mewanti-wanti mengenai akhlaq terhadap tetangga. 

"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan menyakiti tetangganya." (HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah)


Dari Abu Syuraih ra, bahwa Rasulullah Muhammad SAW bersabda: "Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman." Ada yang bertanya: "Siapa itu Ya Rasulullah?" Rasul menjawab : "Yaitu orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya." (HR. Bukhari)

Dari hadis di atas, jelas bahwa Allah sangat keras sampai diulangi tiga kali yaitu tidak termasuk golongan ornag beriman bagi tetengganya yang tidak aman dari gangguannya. Arti singkatnya, bahwa Allah tidak menyukai seseorang yang tidak memuliakan tetangganya.
Sungguh Nasehat-nasehat yang sangat bermanfaat bukan? Setelah tahu nasehat Rasulullah, maka sekarang tinggal kita melakukannya dengan keiklasan dan demi mendapatkan ridho Allah SWT. Demikian Ceramah singkat yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat. Jangan lupa kunjungi artikel kami yang lainnya pada Link di bawah ini. InsyaAllah bermanfaat. Terima Kasih.

0 komentar:

Post a Comment